REFORMED-INJILI?

Friday, May 12, 2006

REFORMED INJILI MENURUT IOANES RAKHMAT STT JKT

MISI AKBAR S. TONG
Meskipun sudah diulas sebelumnya (dalam post berjudul _Amanat
Agung ..._), misi akbar Stephen Tong masih perlu diurai dan dievaluasi
lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas. Sebagai Panglima
Kostras (Komando Strategi Angkatan Sorga) sekta ReforMED Injili Indonesia
(RII), sang suhu Stephen Tong, bersama dengan jenderal-jenderal dan
ajudan-ajudan mereka, tentu mempunyai misi akbar untuk Indonesia. Kalau
tidak, mereka tidak akan berlelah-lelah dengan proyek-proyek pembangunan
Sekolah Tinggi Teologi ReforMED Injili Indonesia (STT RII) [sebagai
sempalan dari Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), Malang, yang kurang
lebih sama dan sebangun meskipun yang belakangan ini sudah bergumul dengan
misiologi kontekstual di bawah komando Peter Wongso], sebuah gereja muda
belia di Jakarta yang diberi nama Gereja RII yang lebih tepat disebut
_ghetto_ RII, serta dengan militan melaksanakan strategi _gerilya_ di
kalangan Kristen lain.
Apa misi akbar mereka itu? Sejauh berhasil saya pantau dari
riak-riak misi mereka yang timbul di lautan GKI, dan sejalan dengan
doktrin-doktrin dan kiprah-kiprah mereka yang sebagian telah saya
_assessed_ sebelumnya, satu target akbar misioner mereka adalah pekabaran
Injil atau evangelisasi yang bertujuan kristenisasi. Misi pekabaran Injil
(PI) atau evangelisasi (penginjilan) ini bertujuan untuk membawa orang
kepada pertobatan menerima dan _menjadi murid_ Yesus, alias menjadi Kristen
puritan Calvinis. Mereka sepihak sudah kerap berkilah bahwa misi mereka
bukan kristenisasi tetapi evangelisasi. Kata mereka, kristenisasi didorong
hawa nafsu _kedagingan_, sedang evangelisasi bernafaskan _cinta kasih._
Bagi saya pembedaan ini hanya akal-akalan yang timbul dari ketakutan mereka
pada potensi ancaman badai gurun. _Nafsu kedagingan_ dan _cinta kasih_
hanya dipisahkan oleh selapis himen tipis yang sangat mudah robek ketika
cinta kasih _injili_ timbul dan didesakkan karena dorongan untuk
mengkonversi (mentobatkan) orang-orang beragama lain yang dinilai sebagai
penganut-penganut kesesatan dan kegelapan. Di mana engkau .... wahai Dewi
Amor dan wahai Dewi Agape .... ketika orang Kristen yang mengklaim dikuasai
cinta tidak bisa menghargai sampai ke dasar batin agama-agama lain dan
hanya ingin melihat mereka semua lenyap dari muka bumi ini digantikan
suatu agama Kristen saja? Penglihatan ini sungguh-sungguh sama dengan
fantasi, dan sekta ini hidup dalam fantasi ini! Pada pihak lain, seperti
telah dikatakan sebelumnya, evangelisasi yang diklaim mereka digerakkan
cinta kasih juga dalam kenyataannya adalah akta merebut orang-orang Kristen
aliran lain untuk masuk ke kubu mereka. Pada pihak lain, kalau pun
evangelisasi mereka berhasil mengkristenkan suatu negara, maka cinta kasih
mereka akan sama dengan perebutan kekuasaan politik untuk mengatur negara
itu. Dalam hal agama ekspansionistis mana pun, lebih-lebih lagi agama-agama
badai gurun, nafsu kedagingan dan cinta hampir sulit dipisahkan, licin bak
belut, susah dipegang dengan mantap dalam satu genggaman.
_Out-reach_ evangelisasi Kristen puritan ini, yang seharusnya
diarahkan kepada orang-orang beragama lain (khususnya non-Kristen
mayoritas) atau yang tidak beragama (sekular), dalam praktek di lapangan
gencar di arahkan ke sesama gereja-gereja Kristen, khususnya gereja-gereja
di kota-kota besar yang didominasi etnis Cina usahawan dan pedagang,
misalnya GKI. Praktek ini sama dengan mengkristenisasikan-kembali
orang-orang Kristen non-puritan.
Semangat misioner para martir Kristen abad-abad pertama di
wilayah kekaisaran Roma, semangat misioner para misionaris dan _zendelings_
dari Eropa Barat zaman kolonial Portugis dan Belanda yang masuk ke
daerah-daerah pedalaman dan terbelakang serta miskin di bumi nusantara
dulu, tidak menjadi bagian _life style_ mereka yang sekarang sudah keenakan
dengan kehidupan sekular kota-kota besar yang _affluent_ dan tidak
bermoral. Pada satu pihak, saya tahu mereka memang mempersoalkan moralitas,
tetapi hanya sebatas soal-soal remeh seperti merokok yang dilarang karena
membuat tubuh manusia Kristen sebagai _bait Roh Kudus_ penuh asap, atau
soal lebih memilih _kena tilang_ di jalan raya tinimbang menyogok Pak
Polantas seperti dengan bangga pernah disaksikan seorang direktur Bank di
Jakarta yang sudah tergaet ke kubu sekta ini.
Sedangkan soal-soal moralitas berat yang menyangkut kapitalisme,
pemerintahan diktator serta penyelewengan hukum jangan harap mereka mau
persoalkan, padahal doktrin mereka tentang _total depravity of human being_
mengharuskan mereka melihat segalanya yang berada di luar Yesus Kristus
sudah rusak total. Inilah schizophrenia! Doktrin mereka tentang _dosa
warisan_ Adam yang hanya bisa dihapuskan lewat pertobatan masuk Kristen,
membuat mereka tidak sanggup melihat kedahsyatan dosa struktural dari
sistem kapitalisme misalnya, yang jauh sangat lebih merusak daripada dosa
spiritual warisan Adam. Bahkan dosa struktural ini juga sudah mengotori
puritanisme mereka yang schizophrenik ini. Mereka berfantasi bahwa yang
dibutuhkan dunia ini hanyalah pertobatan spiritual individual dengan setiap
orang menerima Yesus Kristus, masuk Kristen.
Menyangkut kapitalisme, sesungguhnya harus dikatakan bahwa mereka
juga bagian dari sistem ekonomi rakus ini (tentu saya sadar ada beberapa
tafsiran terhadap kapitalisme). Beberapa murid sekta ini pernah
berkonfrontasi doktrinal dengan saya ketika mereka masih sebagai
mahasiswa-mahasiswa dari pelbagai universitas di Jakarta, tetapi ketika
mereka sudah masuk ke dunia nyata dan menjadi usahawan-usahawan, mereka
berubah menjadi kapitalis-kapitalis rakus. Kerakusan mereka ditutup-tutupi
dengan gincu injili yang mereka pakai ketika mereka terus, sebagai _militia
Christi_, berkotbah di sana-sini. Beberapa pentolan pengusaha kapitalis
Indonesia, saya tahu, berhasil digaet untuk menjadi pendukung dana
pergerakan mereka. Dari mereka, sekian milyar Rupiah telah dialokasikan
untuk sekta ini. Persis seperti yang dilakukan _fundlist_ Kristen kapitalis
Jerry Falwell di USA.
Saya jelas harus menyatakan bahwa persekutuan dengan kapitalisme
ini memang sudah menjadi bagian dari hidup kebanyakan gereja di dunia,
bahkan setiap KITA mau tidak mau sudah terkait dengan dosa struktural
sistem ekonomi ini. Ada yang benar-benar terjerembab ke dalamnya lalu
memberi legitimasi religius terhadapnya, dan ada yang kecipratan saja.
Kalau kita menengok kembali ke John Calvin ... maka tahulah kita berapa
besar sumbangannya pada kelahiran kapitalisme ketika beliau ini mengajarkan
suatu etika Kristen yang antara lain menekankan kehidupan berhemat dan
menabung kapital ... yang akhirnya di dalam sistem kapitalisme modern
etika itu melahirkan kerakusan kapital. Saya tidak akan heran kalau
nantinya sekta RII dan dunia kapitalisme di Indonesia makin terbukti
sebagai saudara-saudara kandung! Tetapi saya sudah _shocked_ betul ketika
mengetahui sekta ini dengan lantang menyatakan diri _Injili,_ bahwa mereka
menghayati Injil Yesus dari Nazareth yang pada zaman-Nya berkonfrontasi
dengan Roma dan antek-anteknya sebagai para penjajah politik dan penghisap
ekonomi rakyatYahudi yang dibela-Nya. Tetapi .... yah mau diapakan ...
sekta RII ini memang sangat fleksibel dan elastis.
Sekarang, bagaimana dengan misi evangelisasi kristenisasi mereka
kepada kalangan non-Kristen? Saya tahu pernah suatu sekolah teologi Kristen
_hard line_ di Jawa Timur memberi satu garis keras panduan misioner yang
sangat jelas kepada para mahasiswa lulusannya, bahwa _setiap dihasilkan
satu lulusan baru berarti satu gereja baru akan juga didirikan._ Visi dan
programnya dinamakan proyek _menanam gereja baru_, _church planting._ Mata
kuliahnya ada, namanya _church planting_ dan _church growth,_ dan sejalan
dengan target mata kuliah ini pernah dicanangkan juga suatu _evangelism
explosion._
Jadi, saya sebagai seorang Kristen impuritan, ingin menegaskan
kembali bahwa visi ekspansionis teritorial ini betul-betul riil ada di
pihak Kristen puritan. Kalau pun belum operasional dan efektif di lapangan,
visi ini adalah bagian tidak terpisahkan dari _symbolic universe_ mereka.
Nah, dari sudut ini, saya bisa perkirakan, bahwa kalau nanti misi
_out-reach_ sekta RII untuk mengkristenisasikan-kembali kalangan Kristen
lain dipandang mereka sudah berhasil, dan _self-confidence_ mereka
karenanya akan sangat kuat dan mapan, maka mereka akan memperluasnya ke
target lebih jauh, yakni menjangkau kawasan Indonesia seluas yang bisa
mereka jangkau. Saya sedang menunggu-nunggu visi _out-reach_ yang satu ini
diimplementasikan, supaya saya bisa menyaksikan badai gurun lebih kuat lagi
menyapu bumi Indonesia bersama dengan ledakan-ledakan dahsyat _bom-bom
waktu_ yang sudah ditanam di mana-mana sekarang ini oleh
gerombolan-gerombolan antar-berantah. Tetapi ini bisa terjadi hanya dengan
suatu pengandaian bahwa kenikmatan hidup di dunia sekular kapitalis belum
membelenggu mereka terlalu dalam; sebab jika sudah demikian, maka mereka
tentu akan memilih untuk _ngendon_ di situ, di kota-kota besar gemerlapan,
sehingga mereka akhirnya makin terbukti sebagai Kristen puritan misioner
_lips service_ saja!
Saya tahu, dalam kegiatan-kegiatan indoktrinasi di
sentra-sentra pembinaan mereka sendiri mau pun di tempat-tempat lain,
mereka memang sering merujuk kepada keberanian para martir atau syuhadah
Kristen zaman-zaman lampau untuk memompa militansi puritanis kepada
kader-kader muda mereka maupun kepada kalangan kristen lain yang tidak
memahami mereka. Tetapi umumnya sampai sekarang ini rujukan kepada
tokoh-tokoh sejarah itu belum dipakai untuk menggerakkan program
kristenisasi besar-besaran dengan risiko apa pun, tetapi dipakai sebagai
dasar pembenar bagi doktrin triumfalis mereka bahwa agama Kristen puritanis
itu paling benar dan Yesus itu suci tidak tertandingi sehingga orang rela
mati bagi-Nya. Entah mereka sadar atau tidak, demi Nazisme Adolf Hitler
juga banyak orang muda Jerman modern mau mempertaruhkan nyawa mereka, dan
juga demi Soehartoisme banyak kalangan antah-berantah di Indonesia yang mau
mati daripada dimatikan duluan. Dalam hal ini, kekuatan ideologis
kekristenan puritan sama dahsyat dan menghancurkannya dengan kekuatan
ideologis dari pandangan-pandangan dunia lainnya yang sekular.
Jelas, bagi saya yang impuritan ini sekta RII dengan misi
akbar evangelisasinya adalah suatu contoh bentuk kekristenan yang telah
menimbulkan mimpi buruk yang menakutkan bagi masa depan Indonesia Baru,
meski pun sekarang ini mereka baru hanya menimbulkan riak-riak kecil,
paling tidak di GKI. Paling tidak, melalui serial tulisan ini saya
berusaha untuk membentangkan apa yang harus ditinggalkan dalam kehidupan
bergereja di tanah air demi masa depan Indonesia Baru yang harmonis. Kalau
bukan misi proselitisme, lalu gereja-gereja di Indoensia harus melangkah ke
mana dalam gerak misionernya? Tentu suatu jawabnya saya akan ajukan di
bagian-bagian akhir serial tulisan ini.

6 Comments:

Blogger napitupulu said...

saya semakin bingung..karna bagi saya kekristenan hanya terfokus pada perang ilmiah (doktrinal& dogmatika) bagi saya pribadi,manusia selalu ingin tahu dan menggali sesuatu yang pada intinya belum tentu benar, bahkan membuat jemaat semakin bingung. saya setuju ilmiah itu penting.. tapi apakah semua diskusi itu perlu diketahui jemaat, yang notabenenya banyak jemaat yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda. memang yang menghancurkan kekristenan yaitu orang kristen sendiri.sola fide,gratia,scriptura. knp kita tidak pernah untuk lbh fokus dlm kehidupan praktis lita, sehingga kita dapat menjadi teladan bagi orang banyak.. terimakasih atas pencerahannya. semua belum bearakhir, tetapi sesesat apapun doktrin&dogma yang hendak menghancurkan kekristenan,,kekristenan tetap eksis sampai sekarang. agama hanya sebuah wadah.hati yang sangat diperlukan, terlebih iman yang sesuai dengan alkitabiah.. napitupulu

5:39 AM  
Blogger GOD'S ARMY said...

Wah...wah...wah...serem sekali melihat ke-tidak rukunan umat di bumi ini yah. Sebenarnya motivasi Bpk. Ioanes ini apa sih? Apa pernah kepahitan? Atau jangan-jangan bapak sendiri Anti Christ? Karena lewat tulisannya, bunga-bunga kata yang berserakan dimana-mana, cukup jelas menggambarkan hal itu...Kiranya ROH KUDUS memberi iluminasi pada hati kita, spy kt tdk lg menjadi sandungan bg saudara-saudara kt yg blm mengenal Kristus, melalui polemik ini (MALU KAN PAK?). Satu lagi, saya pikir, memang seharusnya kt menyalibkan hati, pikiran dan daging kt bersama Kristus, spy kt dimampukan menjadi "PELAKU FIRMAN, DAN MENJADI BERKAT (BUKAN BATU SANDUNGAN) BAGI DUNIA INI"

10:12 PM  
Blogger Candra Ayde said...

hmmm...Bagaimana cara kita bisa menjadi berkat itu lebih penting. Kekristenan sejati itu bukanlah agama dan dogma yang perlu diperdebatkan, TAPI apakah DNA KRISTUS benar-benar bisa ter-IDENTIFIKASI dalam diri para pengikutnya yang mengaku "KRISTEN"...

2:21 AM  
Blogger alsulaiman said...

Christianity is not about religion. Christianity is all about LIFE.

10:10 PM  
Blogger common sense said...

yth bpk Ioanes (Yohanes?) Rakhmat,
saya anggota GRII selama 9 tahun, jadi tahu jeroan doktrin yg dianut pak Tong.
Gak match dg tulisan anda. kayaknya anda kurang pahami doktrin ajaran GRII ini karena anda gak pernah datang sendiri ke gereja / sudah vonis kepagian. Jika GRII anut spt yg anda tulis, saya sdh keluar sejak dulu.

6:13 PM  
Blogger common sense said...

drpd ngepos2 disini adalah lebih baik jika bapak mau menghadap pak Tong dan Daniel Lukito, utk minta klarifikasi ideologi kekristenan mereka. Jadi fair
Jika ternyata beliau2 tidak alkitabiah,
tegurlah dh penuh kasih

1:09 AM  

Post a Comment

<< Home