REFORMED-INJILI?

Wednesday, August 08, 2012

REFORMED INJILI VS ALKITAB

Hukum bahasa adalah hukum Allah. Allah turunkan wahyu dalam Alkitab memakai hukum bahasa untuk mengungkapkan isi pikiranNya.

Karena itu Allahpun TIDAK akan memperkosa wahyuNya dengan melanggar hukumNya dalam pewahyuan.

Cobalah kalian di STTRI dan SAAT nanya pada dosen Perjanjian Baru tentang yang disebut imperative mood (mood perintah) dan subjunctive mood (mood conditional).

Para pakar bahasa asli menekankan bahwa perintah2 dalam PB adalah appeal dari kemauan ditujuan pada kemauanwill pemberi perintah address will penerima perintah.

Misalnya:  “The imperative is the mood of command or entreaty—the mood of volition. It is the genius of the imperative to express the appeal of will to will. In ordinary linguistic communication the primary appeal is from intellect to intellect, but in the imperative one will addresses another. . . .” (Dana and Mantey, A Manual Grammar of the Greek New Testament,165).

Sifat dari imperative dalam kalimat2 perintah, khusunya untuk menerima dan untuk mempercayai Yesus adalah MUSTAHIL diharmoniskan dengan total inability; MUSTAHIL diharmoniskan dengan Irresistible grace!! Grammatically, totally impossible.

“. . . Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.” Mt. 9:9.

"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." Kia 16:31.

Tolong kasi tau pendeta2 dan dosen2 STTRI dan SAAT bahwa perintah dari will Yesus kepada will Matius TIDAK bisa diubah menjadi sbb.: “karena dipilih/dipredestinasi maka Matius mengikuti Dia.”

Itu namanya pemaksaan, bukan eksposisi atau sama sekali BUKAN eksegese Alkitab.

Coba lo nanya pendeta2 STTRI dan SAAT: dari BAGIAN MANAnya Kis 16:31 yang bisa ditunjuk sebagai dasar mengatakan bahwa orang yang dipilih dan dilahirkan kembali akan menjadi percaya.

“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus”, percayalah dalam imperative mood TIDAK bisa disesuaikan dengan total inability dan irresistible grace!

Kasi tahu dosen dan presiden dan paus dan cardinal dan king daripada sekolah dan gereja anda bahwa:

1.    Percaya itu active voice. Active voice meaning: subyek (orang berdosa)-lah yang perform the action of the verb/kata kerja percaya.
2.     Kalo dijadikan percaya orang berdosanya harus pasif bukan active voice!
3.    Dari bagian MANA dari nats ini ada marker pointer menunjuk pada irresistible grace?
4.    Percayalah dalam bentuk imperative. Imperative mood itu appeal dari will kepada will. Dari kemauan kepada kemauan.
5.    Imperative mood TIDAK bisa diharmoniskan dengan total depravity/total inability?
6.    Dari bagian MANA dari ayat ini ada pointer yang menunjuk pada total inability?

Memang para pendeta lo dan para dosen lo dan penyembah2 Stephen Tong akan berjuang mati2an ngutip sana sini; loncat ke atas ke bawah; ke kitab Kejadian sampai Wahyu; lalu kutap kutip kata anu ani dan lainnya—tetapi INSURMOUNTABLE difficulty yaitu: dari dalam nats2 ini TIDAK ADA grammatical pointers yang menunjuk pada total inability dan irresistible grace.

Mereka rame2 akan berlari terbirit2 dan bersembunyi di balik klise palsu yaitu: analogy of faith; yaitu membanding ayat dengan ayat lain; atau menafsir ayat dari ayat2 lain.

Ini cara licik menyangkali YANG ADA dalam nats—cara licik untuk MENYEMBUNYIKAN apa YANG ADA dalam nats untuk mengajarkan terus menerus APA YANG TIDAK ADA DALAM NATS!!!

2 Comments:

Blogger Alwin Alvons Pakpahan said...

bahasanya terlalu tinggi dengan istilah istilah yang bikin kepala pusing dan hati gak aman

pecel lele lebih enak daripada ini.

2:17 AM  
Blogger Rênee ™ said...

I like your comment pak Alwin.

10:14 AM  

Post a Comment

<< Home